Buku ini adalah kegilaan ganda. Jika menulis disertasi membutuhkan segerobak kegilaan, maka menulis ulang disertasi adalah kesintingan yang tidak ada taranya. Buku ini, sejatinya tidak jauh berbeda dengan disertasi asli saya. Sebelumnya disertasi penuh saya pernah diterbitkan oleh Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia, namun untuk kepentingan publik, saya memutuskan untuk menuliskan ulang disertasi tersebut. Untuk keperluan itu saya telah membuang bagian metodologi dan tinjauan pustaka, menambah berbagai referensi terbaru dan membuang referensi yang tidak relevan. Yang paling terasa adalah hilangnya berbagai diksi dan jargon ilmiah, karena saya menyadari semua omong kosong saya untuk terlihat keren dengan menyebut jargon-jargon tersebut tidak banyak bermanfaat untuk pengetahuan maupun untuk tujuan pragmatis yang hendak saya capai: menyuarakan pengalaman perempuan. Buku ini adalah pledoi saya atas kehidupan perempuan yang terusir dari rumahnya. Buku ini adalah cara saya dalam mengisi kekosongan kajian tentang Madura yang selama ini terabaikan. Saya tidak terlalu ambil pusing mengenai posisi buku ini, apakah tentang etnisitas, identitas, migrasi, atau studi gender. Saya lebih senang menyebut penelitian ini sebagai kajian antropologi dengan banyak titik singgung. Akibat dari posisi tersebut, penelitian ini jelas bicara mengenai banyak hal, yang dalam derajat tertentu mempertebal deskripsi sekaligus ketebalan buku itu sendiri.
Saya menyadari, terlalu banyak isu yang saya bawa, terlalu banyak titik singgung yang berpotongan, yang jika tidak diatur dengan baik justru semakin membingungkan. Atas dasar itu saya memilih untuk mengatur seluruh titik singgung dalam pengaturan sebagaimana yang ada saat ini. Berbeda dengan disertasi yang serius, formal, kaku, dan mati. Buku ini mencoba bercerita dengan cara yang, setidaknya bagi saya, menyenangkan. Sayangnya para sahabat saya, yang telah membaca draft buku ini agaknya tidak setuju dengan pendapat saya. Buku ini, menurut mereka, adalah mimpi buruk.
Buku ini jelas menyisakan banyak hal yang belum dikaji secara mendalam dan untuk saya meminta maaf yang sebesar- besarnya. Akhirnya, saya mengucapkan selamat datang dalam labirin narasi yang saya buat. Saya hanya memperingatkan, bersabarlah dan hati-hati tersesat.