Pernahkah anda melihat iklan yang dibawakan oleh Bang haji Deddy Mizwar, saya yakin anda pernah melihat meskipun cuma satu kali. Dalam kesempatan itu, bang haji menanyakan satu persoalan besar: Bangkit Itu…..
Buat saya, bangkit itu usaha, usaha untuk mencapai yang terbaik bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, masyarakatnya, dan juga negaranya. Barangkali ungkapan tersebut terlalu klise, tapi toh ada benarnya. Lihat di sekeliling anda, berapa banyak orang yang terlalu banyak membuat alasan agar tidak perlu berusaha. Saya punya seorang tetangga, berprofesi tukang becak yang biasa nangkring di depan apotek Kimia Farma, dia sering bilang “Aduh mas, saya yakin gusti Allah ngasi yang terbaik buat saya”, lha kalo saya lihat ko kayaknya dia jarang ngangkut penumpang, saya sendiri segan naik becak, di samping saya malu (entah kenapa saya juga terjerat dalam persoalan gender), juga saya kasihan abang becaknya karena saya sadar bahwa badan saya tidak ringan hehehehe. Adapula yang memang bangkit sebagaimana yang saya sampaikan, seorang tetangga, suaminya seorang supir taksi dan dirinya berjualan kue di depan rumahnya. Dalam satu kesempatan ia berkata “Ya saya nrimo ing pandum, yang penting saya udah usaha, kalo gusti Allah ngasih segitu ya saya terima”, seorang tetangga lainnya pun dengan gigih berjualan persis di depan kos saya. Pukul 04.30 pagi pasti dia sudah membersihkan halaman tempat dia berdagang sambil menggoreng pisang atau ote-ote, dan baru pukul 22.30 warung itu tutup, luar biasa, padahal omzetnya kurang lebih hanya 200.000/hari, itu belum dipotong biaya listrik dan lain-lain.
Buat saya, bangkit itu berdoa, berdoa agar apa yang diusahakan tidak lah sia-sia. Lihat disekeliling anda, berapa banyak orang yang giat berusaha tanpa berdoa, buat saya hal tersebut sangat disayangkan. Usaha saja tidak cukup, juga harus dibantu dengan doa. Ketika usaha dan doa sudah dilakukan, maka hal terakhir adalah berserah diri kepada tuhan YME. Barangkali benar bahwa gusti ora sare, bahwa tuhan tidak pernah memberikan yang jelek kepada hambanya, bahwa tuhan selalu memberikan kebaikan kepada hambanya, tapi apakah hal itu membuat seorang hamba menjadi berpangku tangan atas karunia tuhan? Seorang teman pernah berkata bahwa sejak Nabi Musa meminta makanan pada tuhannya, yang kemudian diberikannya makanan yang turun dari langit, maka sejak itu pula manusia kehilangan haknya untuk mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma. Tentu saja hal ini sekedar guyon, tapi buat saya ada benarnya. Saya yakin bahwa emas tidak pernah jatuh dari langit, demikian pula makanan. Akan sangat mengherankan jika suatu ketika ada sekotak Dunkin Donuts jatuh dari langit di hadapan saya, meskipun saya pernah kejatuhan mangga, namun itu tidak dapat dikatakan ‘jatuh dari langit’. Usaha, doa, dan berserah diri merupakan trilogi yang tidak dapat dipisahkan, setidaknya itu yang saya yakini.
Buat saya, BANGKIT ITU SABAR, sabar agar mendapat apa yang dicita-citakan. Saya sering melihat betapa orang menjadi sangat tidak sabar ketika melakukan sesuatu, mereka ingin yang instan. Bagi saya, hidup adalah perjalanan, di mana jalan yang saya lalui tidak selalu semulus jalan tol, pasti ada guncangan-guncangan, bahkan ada jurang yang harus saya lalui. Ini bukan ceramah lho, jelas kalau anda pikirkan baik-baik apa yang sudah anda jalani, anda akan yakin bahwa hidup merupakan perjalanan yang tidak pernah tenang. Tidak perduli seberapa kayanya anda (atau orang tua anda), atau malah sebaliknya, hidup tidak pernah berjalan mulus. Saya mengalami sendiri betapa saya stress ketika harus menghadapi tugas kuliah yang menumpuk seperti cucian, tapi toh tugas tersebut harus saya kerjakan. Sabar adalah kata kunci yang sering dilupakan, padahal dengan kesabaran hasil yang di dapat pasti luar biasa. Buat saya, buah yang enak adalah buah yang matang di pohon, buah yang merupakan hasil kesabaran saya menunggu si buah matang. Tapi saya juga harus jujur, adakalanya saya menjadi sangat tidak sabar ketika melakukan sesuatu, namun bukan berarti saya menjustifikasi tindakan saya lho ya.
Buat saya, BANGKIT ITU BAHAGIA, bahagia ketika mencapai apa yang dicita-citakan, bahagia ketika melihat orang bahagia, dan barangkali bahagia melihat orang lain tidak bahagia hehehehe (tapi jangan ya). Bahagia adalah bagian dari hidup saya. Ibu saya selalu bilang kalau saya orang yang tidak mempunyai masalah. Buat saya itu non-sense, apa iya ada orang yang tidak punya masalah? Ada, ya saya ini hehehehe. Bahagia tidak selalu dikaitkan dengan seberapa sering anda tertawa atau seberapa jarang anda depresi, bahagia adalah ketika anda puas dengan apa yang telah anda miliki. Saya tidak menafikan bahwa mimpi untuk mendapatkan sesuatu itu tidak boleh dilakukan, toh dunia berputar karena adanya mimpi-mimpi tersebut, namun jelas, mimpi tidak boleh mengalahkan realitas. Kalau anda mimpi punya Jaguar itu sah-sah saja, tapi tidak berarti bahwa anda boleh melakukan korupsi untuk mewujudkan mimpi tersebut. Saya pernah bermimpi untuk memiliki lima orang sitri, tapi tidak berarti bahwa saya tidak bahagia dengan status jomblo saya saat ini.
Terlepas dari hal-hal tersebut, saya setuju dengan bang haji, bahwa BANGKIT ITU AKU, AKU UNTUK INDONESIA KU